NEWS


TEORI SAUS TOMAT
Konflik yang sering terjadi akhir-akhir ini di masyarakat, pemerintah, antar pelajar maupun mahasiswa cukup menyita perhatian publik. Mengingat banyaknya kerusakan fisik, mental dan kenyamanan yang seringkali terganggu sehingga berdampak merugikan bagi semua komponen masyarakat. Alasan umum yang menyebabkan kejadian tersebut adalah ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud ialah rasa ketidakpuasan terhadap keadaan, perubahan dan harapan untuk mendapatkan kebahagiaan sebagai pribadi, anggota sosial dan tentu saja sebagai warga negara.
Namun, kalau bisa dipilah-pilah sumber dan jenis-jenis konflik tersebut biasanya muncul dari satu atau beberapa sumber yang diantarannya : Konflik menyangkut informasi, konflik menyangkut sumberdaya, konflik tentang relasi, konflik mengenai kepentingan dan kebutuhan, konflik mengenai struktur, konflik mengenai nilai-nilai hidup. Semua dari jenis-jenis konflik ini yang lagi marak dan nge”trend” bagi generasi muda adalah Konflik menyangkut informasi dan relasi (maraknya tawuran pelajar yang berawal dari dunia maya).
Konflik menyangkut informasi, pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau bahkan tidak memiliki informasi yang sama tentang suatu situasi. Sedangkan Konflik tentang Relasi, terjadi dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang-kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.
Konflik yang sudah terjadi dapat diselesaikan dengan beberapa cara seperti, mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong meredakan ketegangan yang terjadi. Dalam situasi berbeda, pihak-pihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang berlainan atau memberikan bobot kepentingan yang berbeda terhadap informasi yang sama, maka diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam menilai relevansi dari informasi yang tersedia.
Mengapa Teori Saus Tomat ? Karena tulisan ini terinspirasi dari sebuah film, di mana dalam salah satu adengan film tersebut terdapat seorang yang selalu konflik dengan temannya...hanya untuk menyatakan siapa yang terhebat dan ter-unggul. Hingga suatu saat, pihak ketiga datang mencoba untuk me-mediasi* dengan mengajukan pertanyaan siapa yang terhebat dari keduanya. Singkat cerita salah satu mereka ingin menang dan tak mau kalah. Pihak ketiga memberi tantangan kepada salah satunya untuk mencoba siapa yang paling cepat menghabiskan saus cabe paling cepat. Pihak ketiga meminum botol saus dengan santainya berpura-pura mengerutkan wajahnya dan kembali tersenyum. pada saat itu juga yang suka bertikai lari terpontang-panting mencari air untuk membasuh mulut dan air matanya yang terus mengucur. Jelas saja pihak ketiga yang menang karena botol saus cabe yang diminumnya ternyata sudah diganti dengan saus tomat. Pihak ketiga melakukan hal tersebut hanya untuk memberi pelajaran kepada orang yang tak pernah mau mengalah tersebut. :) (Cpnk)
* mediasi yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
Sumber :
http://images.google.com

 
POTAS ! IKAN
Penangkapan Ikan Menggunakan Racun Ekstrim Potassium Sianida

Kebutuhan manusia akan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia di bumi, kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan terus berusaha mencari titik sumbernya. Daratan yang semakin lama semakin sempit dan terbatas memungkinkan umat manusia untuk ber-ekplorasi (berjelajah) ke laut mengingat  laut jauh lebih luas  dari daratan. Ikan merupakan pangan yang paling dicari oleh manusia di perairan laut. Beragam cara dan teknologi diciptakan untuk menangkapnya. Teknologi ini, ada yang ramah lingkungan dan ada yang tidak ramah lingkungan (unfriendly technology).

Teknik menangkap ikan ada beberapa cara yang diantaranya : dengan tangan, tombak, tali pancing, menyedot air, jaring, layang-layang, melubangi permukaan es, perangkap, bantuan hewan, racun ikan (barbasco dan Potassium sianida), menyetrum, dan bahan peledak. Fenomena yang banyak menarik perhatian banyak pihak adalah nelayan pengguna potassium cyanide (KCN atau potas atau sianida) karena dua alasan. Pertama, tingkat kerusakan yang ditimbulkan senyawa kimia ini yang bersifat meracuni perairan, dan kedua adalah meningkatnya jumlah nelayan pengguna potassium cyanide seiring dengan masa krisis BBM di Indonesia.

Fenomena ini telah berlangsung sejak lama dan terjadi di sebagian wilayah pesisir Indonesia. Walaupun teknik ini sudah dilarang karena menyebabkan hancurnya terumbu karang namun penggunaan barbasco (akar tuba sebutan lokal Indonesia) dan potas yang bertujuan membuat ikan menjadi lemas tapi banyak juga yang mati tetap berlangsung hingga sekarang. Banyak kasus telah dilaporkan ada yang tertangkap dan ada juga yang tidak karena mereka selalu berpindah-pindah ketika menangkap ikan.

Penggunaan potassium sianida berdampak negatif terhadap perairan laut terutama organisme (mahluk hidup) yang ada di dalamnya. Hal ini mengundang ketertarikan para peneliti untuk melihat dampak yang diakibatnya. Pengujian racun potassium sianida terhadap bulu babi (Echinometra mathaei ) telah dilakukan oleh beberapa peneliti dari Universitas Sam Ratulangi, Markus T. Lasut, dkk. Skema perkembangan normal bulu babi yang normal menjadi tidak normal ketika terkena (terpapar) sianida (normal : pembelahan 2,4,8 dan 16 sel ; abnormal : pembelahan 3 sel). Selanjutnya terdapat gastrula yang tidak normal atau terjadi exogastrula (gastrula yang tidak normal atau tidak bisa berkembang ke fase/tingkatan berikutnya) kalaupun sel-sel hidup tersebut bisa terus berkembang akan mengalami malformasi (kelainan morfologi organ atau perkembangan yang abnormal sebelum menjadi organisme)

Sementara itu, Potas juga memiliki racun yang ekstrim (akut) karena sianida membuat sel-sel organisme tidak dapat menggunakan oksigen. Bila sianida terhirup pada konsenterasi yang tinggi akan menyebabkan koma dengan kejang, apnea, dan serangan jantung, berikutnya akan mengalami kematian dalam hitungan menit. Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran dapat didahului dengan kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan dirasakan kesulitan bernafas. Pada tahap pertama pingsan, pernapasan lebih cepat, kadang-kadang disertai dengan pembengkakan paru (itu sebabnya setiap melakukan penangkapan ikan dengan potas, ikan akan terapung di permukaan air, ikan besar akan lemas dan ikan kecil_sebagian besar mati).

Racun Potassium sianida yang ekstrim ini menggugah kepedulian dari para kalangan yang kritis terhadap lingkungan, mereka menyadari bahwa peraturan tidak cukup untuk meminimalisir kegiatan illegal itu namun perlu disertai dengan penyadaran akan bahaya potas. Salah satu program yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu adalah Kampanye penyadaran : 'Ramahlah terhadap lingkungan hidup,” dengan mengeluarkan film “Fish Don't Cry”. Kegiatan yang ditindaklanjuti dengan penghentian pemakaian racun potas ini patut ditiru oleh kita semua (masyarakat dan pemerintah) dalam upaya memerangi penangkapan ikan dengan racun potas yang begitu ekstrim. (Chapunk)

BBC

Arsip Blog